MARTINI
Wanita itu bernama
Martini. Kini ia kembali menginjakkan kakinya di lndonesa, setelah tiga tahun
ia meninggalkan kampung halamannya yang berjarak tiga kilometer dari arah
selatan Wonosari Gunung Kidul.
Didalam benak Martini
berbaur rasa senang, rindu dan haru. Beberapa jam lagi ia akan berjumpa
kembali dengan suaminya, mas Koko dan putranya Andra
Mardianto, yang ketika ia tinggalkan masih berusia tiga tahun. Ia membayangkan
putranya kini telah duduk dibangku sekolah dasar mengenakan seragam putih –
merah dan menempati rumahnya yang baru, yang dibangun oleh suaminya dengan uang
yang ia kirimkan dari arab Saudi, Negara dimana selama ini ia bekerja.
Martini adalah seorang tenaga kerja wanita yang berhasil diantara banyak kisah mengenai tenaga kerja wanita yang nasibnya kurang beruntung. Tidak jarang seorang TKW pulang ketanah airnya dalam keadaan hamil tanpa jelas siapa ayah sang janin yang dikandungnya. Atau disiksa, digilas dibawah setrikaan bersuhu lebih dari 110 derajat celcius, atau tiba – tiba menjadi bahan pemberitaan di media massa tanah air karena sisa hidupnya yang sudah ditentukan oleh vonis hakim untuk bersiap menghadapi tiang gantungan atau tajamnya logam pancung yang kemudian membuat kedubes RI, Deplu dan Depnaker kelimpungan dan tampak lebih sibuk.
Sangatlah beruntung bagi Martini mempunyai majikan yang sangat baik, bahkan dalam tiga tahun ia bekerja, ia telah dua kali melaksanakan umroh dengan biaya sang majikan. Majikannya adalah seorang karyawan disalah satu perusahaan minyak disana. Ia bekerja sebagai seorang pembantu rumah tangga di El Riyadh dengan tugas khusus mengasuh putra sang majikan yang sebaya dengan Andra, putranya. Hal ini membuatnya selalu teringat putranya sendiri dan menambah semangat dalam bekerja.
Dengan
cermat Martini memperhatikan sekeliling, akan tetapi ia tidak melihat seorang
saudara atau kerabatpun yang ia kenal. Sempat terbersit rasa iri dan kecewa
ketika ia menyaksikan beberapa rekanannya yang dijemput dan disambut
kedatangannya oleh orang tua, anak atau suami mereka. Namun dengan segera ia
membuang jauh – jauh pikiran tersebut. Ia tidak ingin suuzon dengan suaminya.
“mungkin hal ini disebabkan karena kedatanganku yang memang terlambat tiga hari dari jadwalkepulangan yang direncanakan sebelumnya,” pikirnya huznuzon.
“mungkin hal ini disebabkan karena kedatanganku yang memang terlambat tiga hari dari jadwalkepulangan yang direncanakan sebelumnya,” pikirnya huznuzon.
Dan
pikiran ini malah membuatnya merasa bersalah, karena ia tidak memberitahukan
kedatangannya melalui telepon sebelumnya.
Akhirnya ia memutuskan untuk menuju terminal pulogadung dengan taksi bandara. Oleh karena ia tidak tahu dimana pool bus maju lancar terdekat dari bandara soekarno-hatta, ia berharap diterminal pulogadung ia bisa langsung menemukan bus tersebut dan membawanya ke wonosari dengan nyaman, karena badannya sekarang sudah terlalu letih untuk perjalanan panjangnya yang ditempuh dari arab Saudi.
Akhirnya ia memutuskan untuk menuju terminal pulogadung dengan taksi bandara. Oleh karena ia tidak tahu dimana pool bus maju lancar terdekat dari bandara soekarno-hatta, ia berharap diterminal pulogadung ia bisa langsung menemukan bus tersebut dan membawanya ke wonosari dengan nyaman, karena badannya sekarang sudah terlalu letih untuk perjalanan panjangnya yang ditempuh dari arab Saudi.
Tanpa ia sadari, martini telah sampai
didepan rumahnya, rumah yang merupakan warisan ayahnya, yang ia huni bersama
mas koko, andra dan ibunyayang telah renta. Namun bingung dan pertanyaan muncul
dalam benaknya. Yang ia lihat hanyalah rumah tua tanpa berubahan sedikitpun,
kecuali kandang sapi didekat rumahnyayang kini telah kosong. Sama keadaanya
dengan tiga tahun lalutatkala ia meninggalkan rumah tersebut.
“ mana rumah baru yang mas koko bangun seperti yang ada difoto yang mas koko kirimkan tiga bulan yang lalu. Apakah ia membeli tanah ditempat lain dan membangunnya disana. Kalau begitu syukurlah,” pikirnya mencoba huznuzon.
Ia ketuk perlahan – lahanpintu rumahnya. Namun tidak ada seorangpun yang muncul membukakan pintu “kulo nuwun, mas…! Andra…! Mbok…!”
“ mana rumah baru yang mas koko bangun seperti yang ada difoto yang mas koko kirimkan tiga bulan yang lalu. Apakah ia membeli tanah ditempat lain dan membangunnya disana. Kalau begitu syukurlah,” pikirnya mencoba huznuzon.
Ia ketuk perlahan – lahanpintu rumahnya. Namun tidak ada seorangpun yang muncul membukakan pintu “kulo nuwun, mas…! Andra…! Mbok…!”
Beberapa saat kemudian barulah pintu
yang terbuat dari kayu glugu tersebut terbuka.” Madosi sinten mbak?” Tanya
seorang bocah berusia 6 tahun yang tak lain adalah andra yang muncul dari balik
pintu.
“Andra aku ini ibumu, sudah lupa ya. Apakah bapakmu tidak menceritakan ihwal kedatanganku?” ucap martini balik bertanya.
“Ayah? Kedatanagn ibu? Oh mari masuk. Sebentar ya, andra bangunkan mbah dulu,” ujar Andra sambil berlari menuju kearah kamar neneknya.
“Andra aku ini ibumu, sudah lupa ya. Apakah bapakmu tidak menceritakan ihwal kedatanganku?” ucap martini balik bertanya.
“Ayah? Kedatanagn ibu? Oh mari masuk. Sebentar ya, andra bangunkan mbah dulu,” ujar Andra sambil berlari menuju kearah kamar neneknya.
Martini masuk kedalam rumah dan duduk
diatas amben yang terletak disudut ruangan depan, seraya memperhatikan keadaan
didalam rumah yang ia huni sejak kecil tersebut. Keadaan dalam rumahpun tidak
tampak ada perubahan yang berarti.
“Martini ya. Wah – wah anakku sudah datangdari perantauan,” terdengar suara tua khas ibu martini sedang setengah berlari keluar dari kamarnya, menyambut kedatangan anaknya, diikuti oleh andra , membawakan segelas teh hangat.
“bagaimana keadaan simbok disini?”, Tanya martini.
“oh, anakku simbok di sini baik – baik saja, kamu sendiri bagaimana, tini?” “saya baik – baik saja mbok, ngomong – ngomong mas koko dimana mbok?” Tanya martini.
“Martini ya. Wah – wah anakku sudah datangdari perantauan,” terdengar suara tua khas ibu martini sedang setengah berlari keluar dari kamarnya, menyambut kedatangan anaknya, diikuti oleh andra , membawakan segelas teh hangat.
“bagaimana keadaan simbok disini?”, Tanya martini.
“oh, anakku simbok di sini baik – baik saja, kamu sendiri bagaimana, tini?” “saya baik – baik saja mbok, ngomong – ngomong mas koko dimana mbok?” Tanya martini.
Mendengar pertanyaan itu, tiba – tiba
air muka ibu martini berubah, ia tampak berpikir – piker sejenak.
“ oh mengenai suamimu, nanti akan simbok ceritakan, sebaiknya kamu ngaso dulu. Kau pasti capek setelah melakukan perjalanan jauh. Jangan lupa teh hangatnya diminum dulu,” saran ibu martini.
Martini menurut saja apa yang dikatakan ibunya. Setelah menikmati segelas teh hangat, ia mengangkat kaki dan tiduran di atas amben. Namun tetap saja ia tidak dapat memejamkan matanya. Pikirannya tetap melayang memikirkan suaminya ; dimana dia, apakah dia merantau ke Jakarta untuk turut mencari nafkah diperantauan, dimana letak rumah barunya, atau apakah mas koko malah meninggalkan dirinya dan menikah dengan wanita lain?”
“ah tidak mungkin,” pikirnya kembali berusaha untuk tetap huznuzon.
Ia mencoba bangkit lalu menemui ibunya yang sedang memasak dipawon.
“maaf Mbok, dimana mas koko, tini sudah kangen dan ingin berbicara dengannya,” ujar martini membuka kembali percakapan. Ibu martini tampak kembali berfikir sejenak, lalu berdiri dan mengambil segelas air putih dingin dari kendi.
“ minumlah air putih ini agar kamu lebih tenang, Tini, nanti simbok ceritakan di mana suamimu berada, kalau kamu memang sudah tidak sabar.”
“ oh mengenai suamimu, nanti akan simbok ceritakan, sebaiknya kamu ngaso dulu. Kau pasti capek setelah melakukan perjalanan jauh. Jangan lupa teh hangatnya diminum dulu,” saran ibu martini.
Martini menurut saja apa yang dikatakan ibunya. Setelah menikmati segelas teh hangat, ia mengangkat kaki dan tiduran di atas amben. Namun tetap saja ia tidak dapat memejamkan matanya. Pikirannya tetap melayang memikirkan suaminya ; dimana dia, apakah dia merantau ke Jakarta untuk turut mencari nafkah diperantauan, dimana letak rumah barunya, atau apakah mas koko malah meninggalkan dirinya dan menikah dengan wanita lain?”
“ah tidak mungkin,” pikirnya kembali berusaha untuk tetap huznuzon.
Ia mencoba bangkit lalu menemui ibunya yang sedang memasak dipawon.
“maaf Mbok, dimana mas koko, tini sudah kangen dan ingin berbicara dengannya,” ujar martini membuka kembali percakapan. Ibu martini tampak kembali berfikir sejenak, lalu berdiri dan mengambil segelas air putih dingin dari kendi.
“ minumlah air putih ini agar kamu lebih tenang, Tini, nanti simbok ceritakan di mana suamimu berada, kalau kamu memang sudah tidak sabar.”
Sementara itu martini bersiap untuk
mendengarkan dengan seksama penuturan ibunya. “ tiga bulan lalu rumah yang
dibuat suamimu atas biaya dari kamu sudah jadi. Letaknya didusun sebelah sana,
namun sejak itu pula kesengsem sama seorang wanita. Wanita itu adalah tetangga
barunya. Dua bulan lalu mereka menikah dan meninggalkan andra bersama simbok.
Tentu saja simbok marah besar kepadanya. Namum apa daya, simbok hanyalah wanita
yang sudah renta, sedang ayahmu sudah tiada, dan uang yang simbok pegangpun pas
– pasan. Mau mengirim surat kepadamu simbok tidak bisa, kamu tahukan simbok
buta huruf. Mau minta tolong kepada siapa lagi, sedangkan kamu adalah anakku
satu – satunya. Kamu tidak mempunyai saudara yang bisa simbok mintai tolong
untuk mengirimkan surat kepadamu, sedangkan anakmu, andra masih kelas 1 SD”.
Mendengar penuturan ibunya, martini langsung menangis, ia sedih marah dan kalut.
“mengapa simbok tidak melaporkannya ke pak kadus dan pak kades, dan beliaupun sudah berjanji untuk membantu simbok. Namun sampai saat ini simbok belum mendapatkan jawabannya. Sedangkan suamimu sendiri dan istri barunya , tampak tak peduli denagn suara – suara miring para tetangga. Dan untuk lapor ke KUA, simbok tidak berfikir sampai kesitu, maafkan simbok,” tambah ibunya dengan suara yang terdengar bergetar.
Mendengar penuturan ibunya, martini langsung menangis, ia sedih marah dan kalut.
“mengapa simbok tidak melaporkannya ke pak kadus dan pak kades, dan beliaupun sudah berjanji untuk membantu simbok. Namun sampai saat ini simbok belum mendapatkan jawabannya. Sedangkan suamimu sendiri dan istri barunya , tampak tak peduli denagn suara – suara miring para tetangga. Dan untuk lapor ke KUA, simbok tidak berfikir sampai kesitu, maafkan simbok,” tambah ibunya dengan suara yang terdengar bergetar.
“Duh Gusti...., paringono
sabar...,." terdengar Martini terisak, berusaha untuk tetap ingat kepada
Yang Maha Kuasa. Bagaimana bisa, suami yang begitu ia cintai dan ia percaya,
dapat berbuat begitu kejam terhadapnya. Apalagi ia sekarang tinggal bersama
istri barunya, di rumah hasil jerih payahnya selama tiga tahun merantau di Arab
Saudi.
"Mbok, di mana rumah baru itu berada?”
wajah ibunya terlihat ketakutan, ia tidak tahu apa yang akan dilakukan anaknya dalam keadaan kalut di sana apabila ia tahu letak rumah tersebut.
"Mbok, di mana Mbok,” Suara Martini semakin tinggi, namun ibunya tetap diam.
,”Kenapa simbok tidak mau membertihu. Apakah Simbok merestuinya?_Apakah simbok mendukungnya? Apakah Simbok membela bajingan itu dari pada saya anakmu sendiri? Apakah.....”
“Diam Tini, teganya kamu menuduh ibumu seperti itu. Kamu mau menjadi anak durhaka? Ingatlah kamu kepada Tuhan,Nak, ingatlah kepada Gusti Allah"
Kalimat itu muncul dari mulut ibunya, yang kemudian terduduk menangis mendengar ucapan pedas anaknya tersebut.
“ya sudah kalau Simbok tidak mau memberitahu. Tini akan cari sendiri rumah itu,” teriak Martini seraya meninggalkan ibunya yang sangat bersedih, yang berusaha mengejarnya namun kemudian jatuh tersungkur di halaman depan rumahnya karena tidak mampu lagi mengejarnya.
“Hei , mana Koko, bajingan sialan,"teriak Martini sambil berjalan membabi buta, menyusuri jalan dengan muka merah Padam.
Pikrannya kacau balau.
“Buat apa aku bekerja jauh-jauh mencari uang di Arab Saudi demi kamu dan.Andra tetapi mengapa kau tega memanfaatkanku, menggunakan uangku untuk membuat rumah dan tinggal di sana bersama istri barumu,
Kurang apa aku?”
Mendengar teriakan Martini, kontan para tetangga di sekitar situ segera berhamburan ke luar rumah. Mereka kebingungan menyaksikan ulah Tini yang sudah tidak mereka lihat selama tiga tahun, tiba – tiba muncul kembali di dusun itu dengan tingkah laku yang berubah 180 derajat. Martini yang dulunya lembut, penurut, kini kasar dan beringasan. Apakah ia telah gila? Apakah yang telah terjadi terhadap dirinya di Arab saudi? Apakah ia
Dianiaya sebagaimana sering terdengar berita di media massa mengenai TKW yang disiksa?.
"Mbok, di mana rumah baru itu berada?”
wajah ibunya terlihat ketakutan, ia tidak tahu apa yang akan dilakukan anaknya dalam keadaan kalut di sana apabila ia tahu letak rumah tersebut.
"Mbok, di mana Mbok,” Suara Martini semakin tinggi, namun ibunya tetap diam.
,”Kenapa simbok tidak mau membertihu. Apakah Simbok merestuinya?_Apakah simbok mendukungnya? Apakah Simbok membela bajingan itu dari pada saya anakmu sendiri? Apakah.....”
“Diam Tini, teganya kamu menuduh ibumu seperti itu. Kamu mau menjadi anak durhaka? Ingatlah kamu kepada Tuhan,Nak, ingatlah kepada Gusti Allah"
Kalimat itu muncul dari mulut ibunya, yang kemudian terduduk menangis mendengar ucapan pedas anaknya tersebut.
“ya sudah kalau Simbok tidak mau memberitahu. Tini akan cari sendiri rumah itu,” teriak Martini seraya meninggalkan ibunya yang sangat bersedih, yang berusaha mengejarnya namun kemudian jatuh tersungkur di halaman depan rumahnya karena tidak mampu lagi mengejarnya.
“Hei , mana Koko, bajingan sialan,"teriak Martini sambil berjalan membabi buta, menyusuri jalan dengan muka merah Padam.
Pikrannya kacau balau.
“Buat apa aku bekerja jauh-jauh mencari uang di Arab Saudi demi kamu dan.Andra tetapi mengapa kau tega memanfaatkanku, menggunakan uangku untuk membuat rumah dan tinggal di sana bersama istri barumu,
Kurang apa aku?”
Mendengar teriakan Martini, kontan para tetangga di sekitar situ segera berhamburan ke luar rumah. Mereka kebingungan menyaksikan ulah Tini yang sudah tidak mereka lihat selama tiga tahun, tiba – tiba muncul kembali di dusun itu dengan tingkah laku yang berubah 180 derajat. Martini yang dulunya lembut, penurut, kini kasar dan beringasan. Apakah ia telah gila? Apakah yang telah terjadi terhadap dirinya di Arab saudi? Apakah ia
Dianiaya sebagaimana sering terdengar berita di media massa mengenai TKW yang disiksa?.
Namun kemudian mereka segera menyadari.
Hal ini pasti karena Martini telah mengetahui perbuatan suaminya. Segera saja
mereka mengejar dan mencoba menenangkan Martini. Namun dengan kuat Martini
mencoba melepaskan tangannya dari dekapan tetangganya itu. Dan saat itu pula ia
melihat suaminya, ya Koko bajingan itu, keluar dari rumahnya. Koko tampaknya
tidak menghiraukan kedatangannya. Bahkan istri barunya itu terlihat dengan
mesranya berdiri disamping koko yang meletakkan kedua tangannya dipinggang
koko.
,,” hei, siapa kamu. Tini ya. Kenapa kamu kesini? Ini rumahku bersama mas koko. Bukannya kamu sudah mati, kalau belum mendingan kamu mati saja sekarang. Itu lebih baik, dari pada mau merusak kebahagiaan kami. Bukan begitu mas koko?” ujar wanita yang ada disebelah koko sambil mengalungkan tangan kanannya dileher koko dengan lembutnya.
Hal ini jelas membuat tini makin marah.
“hai , dasar kau, wanita murahan, tidak tahu diri. Koko adalah suamiku. Dan kau koko, mengapa kau tega menipuku, meninggalkanku hanya untuk menikahi wanita keparat ini. Dasar bajingan.”
,,” hei, siapa kamu. Tini ya. Kenapa kamu kesini? Ini rumahku bersama mas koko. Bukannya kamu sudah mati, kalau belum mendingan kamu mati saja sekarang. Itu lebih baik, dari pada mau merusak kebahagiaan kami. Bukan begitu mas koko?” ujar wanita yang ada disebelah koko sambil mengalungkan tangan kanannya dileher koko dengan lembutnya.
Hal ini jelas membuat tini makin marah.
“hai , dasar kau, wanita murahan, tidak tahu diri. Koko adalah suamiku. Dan kau koko, mengapa kau tega menipuku, meninggalkanku hanya untuk menikahi wanita keparat ini. Dasar bajingan.”
Dekapan tetangga yang memegang Martiniakhirnya lepas. Dengan cepat Martini meraih sebuah bamboo yang tergeletak di
bawah pohon nangka dan berlari menuju kearah koko dan istri barunya. Dengan
tidak hati-hati ia menaiki anak tangga yang menuju kedalam rumah baru itu.
Secepat kilat ia mengayunkanbambu itu ke arah mereka berdua. Namun malang,
belum sampai bamboo itu mengenai sasaran, ia kehilangan keseimbangan. Ia
terpeleset dari dua anak tangga dan jatuh terjerembab tak sadarkan diri.
”Mbak – Mbak bangun Mbak. Mau turun di mana Mbak. Ini
sudah sampai di wonosari," terdengar sayup-sayup suara pemuda yang duduk
di dekat Martini.
"Astaghiirullaahaladzlm .Ha...apa...?.. W onosari," Tanya Martini.
“ Ya Mbak sepertinya dari tadi Mbak gelisah tidurnya" ujar pemuda itu
”Apakah benar ini wonosari?" Tanya Martini memastikan seraya mengarahkan pandangannya keluar jendela.
Ya ini adalah daerah yang telah tiga tahun ia tinggalkan.
"Alhamdulillah ya. ,Allah terima kasih," batin Martini bahagia.
"Astaghiirullaahaladzlm .Ha...apa...?.. W onosari," Tanya Martini.
“ Ya Mbak sepertinya dari tadi Mbak gelisah tidurnya" ujar pemuda itu
”Apakah benar ini wonosari?" Tanya Martini memastikan seraya mengarahkan pandangannya keluar jendela.
Ya ini adalah daerah yang telah tiga tahun ia tinggalkan.
"Alhamdulillah ya. ,Allah terima kasih," batin Martini bahagia.
UNSUR INTRINSIK
·Tema : percayalah pada niat baikmu
·Latar/Tempat
: keluar dari dalam bis(dalam perjalanan) dan di dalam rumah
”Akhirnya ia memutuskan untuk menuju terminal
pulogadung dengan taksi bandara”
”Martini masuk kedalam
rumah dan duduk diatas amben yang terletak disudut ruangan depan, seraya
memperhatikan keadaan didalam rumah yang ia huni sejak kecil tersebut”
·Waktu : tiga tahun setelah kepergian
martini ke Arab Saudi
“Kini
ia kembali menginjakkan kakinya di lndonesa, setelah tiga tahun ia meninggalkan
kampung halamannya yang berjarak tiga kilometer dari arah selatan Wonosari
Gunung Kidul”
“Buat apa aku bekerja
jauh-jauh mencari uang di Arab Saudi demi kamu dan.Andra tetapi mengapa kau
tega memanfaatkanku, menggunakan uangku untuk membuat rumah dan tinggal di sana
bersama istri barumu”
·Suasana
: diawal cerita suasana yang timbul biasa saja, tetapi pada pertengahancerita
suasana yang timbul Menegangkan karena adanya konflik yang timbul ketika
tokoh utama bermimpi
·Plot/alur
: alur cerita itu adalah alur
maju(episode) karena jalan cerita dijelaskansecara
runtut. Pada awal cerit diawali dengan pengenalan tokoh, kemudian si tokoh
bermimpi, pada mimpinya timbul suatu pertentangan yang berlanjut ke
konflik(klimaks) dilanjutkan dengan antiklimaks dan pada akhir cerita terdapat
penyelesaian.
·Tokoh :-martini (utama)
-mbok
-andra
-mas joko
-istri baru
·Perwatakan
:
=>Tokoh utama(martini) :
wataknya yang sabar,lembut ,pekerja keras, bertanggung jawab
terhadap keluarga, hal ini di tunjukan dari penjelasan tokoh,penggambaran
fisik tokoh serta tanggapan tokoh lain terhadap tokoh utama
Tokoh pembantu :
=>Mbok : sabar
=>Andra : patuh
terhadap orang tua ”diikuti oleh andra , membawakan segelas teh hangat’’
=>Mas koko : tidak
bertanggung jawab terhadap keluarga
=>Istri baru: keras ,,” hei, siapa kamu.
Tini ya. Kenapa kamu kesini? Ini rumahku bersama mas koko. Bukannya kamu sudah
mati, kalau belum mendingan kamu mati saja sekarang. Itu lebih baik, dari pada
mau merusak kebahagiaan kami. Bukan begitu mas koko?”
·Sudut
pandang : orang ketiga
=>”. Kini ia kembali
menginjakkan kakinya di lndonesa, setelah tiga tahun ia meninggalkan kampung
halamannya yang berjarak tiga kilometer dari arah selatan Wonosari Gunung
Kidul.”
·Mood/suasana
hati : kecurigaan,kesabaran,kecemburuan,penyesalan,kebahagiaan
·Amanat
:
-Seharusnya
suami bertanggungjawab untuk mencari nafkah bagi istri dan
anaknya
-Jangan dulu bersikap su’udzon kepada seseorang bila belum ada buktinya
- Keuletan dan kesabaran dalam bekerja akan membuahkan hasil yang
Baik
- Selalu berniat baik untuk mendapatkan ridho Allah swt
· Nilai moral :
Dalam cerpen tersebut terdapat kandungan nilai
moral yaitu seseorang haruslah bersikap huznudzon terhadap sesama
manusia, karena husnudzon mencerminkan akhlak serta budi pekerti yang
baik.
· Nilai Sosial-budaya :
cerita
pada cerpen tadi mempunyai kaitan yang sangat erat dengan kehidupan
kita sehari-hari. Bahwa kebanyakan orang yaitu wanita pergi merantau ke
negeri orang demi membantu perekonomian keluarga seperti menjadi TKW,
sedangkan suaminya menunggu dirumah, untuk dikirimi uang dari istrinya tanpa
berpikir , susahnya mencari uang dinegeri orang, sedangkan dia sendiri tidak
bekerja. Namun, hal ini bertolakbelakang dengan budaya serta tradisi, bahwa
yang wajib mencari nafkah untuk keluarganya adalah suami. Karena suami adalah
pemimpin dalam rumah tangga, jadi ia harus bertanggungjawab terhadap
keluarganya. Tetapi, hal ini rupanya sudah banyak terjadi di masyarakat,
sehingga tidak jarang pula orang-orang yang menjumpai hal tersebut.
No comments:
Post a Comment